KABAR ALAM - Sudah sejak lama, sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) sangat identik dengan laki-laki. Namun, hal itu terbantahkan oleh 12 perempuan yang berkarier dan berkarya di sektor ini. Mereka kemudian dikenal dengan sebutan "12 Perempuan Arung Samudera".
Ke-12 perempuan arung samudera tersebut memperjuangkan karier mereka dan menjadi bagian dari orang-orang yang mengungkapkan kekayaan bumi pertiwi di dasar laut.
Mereka, para perempuan arung samudera itu mengarungi lautan di bawah bendera Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPGL) Badan Geologi Kementerian ESDM.
Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Kunjungi Teras Cibulakan Kuningan
Wanita-wanita BBSPGL ini melangkah bersama dan memberikan peran sesuai dengan bidang yang digelutinya dan membawa kenangan besera pengalamannya itu.
Perempuan Arung Samudera diisi oleh jajaran wanita-wanita hebat yang berhasil menembus garis batas demi kesejahteraan bangsa dan negara. Mereka berhasil berkontribusi pada penelitian, penyelidikan, dan pengembangan geologi kelautan.
Perempuan Arung Samudera beranggotakan, Mimin Karmini (Geologi), Kresna Tri Dewi (Biologi), Imeda Rosalia Silalahi (Geologi), Ai Yuningsih (Fisika), Evie H. Sudjono (Oseanografi), dan Rina Zuraida (Geologi).
Baca Juga: Selain Side Land, 3 Water Park di Kabupaten Kuningan Ini pun Cocok untuk Rekreasi Keluarga
Kemudian, ada juga Nineu Yayu Geurhaneu (Oseanografi), Luli Gustiantini (Geologi), Alm. Mira Yosi (Oseanografi), Yani Pemanawati (Lingkungan), Siti Marina (Geologi), dan Yulinar Firdaus (Geofisika). Keduabelas wanita ini berhasil menjalani karirnya di bidang geologi kelautan dari perairan barat hingga timur Indonesia.
“Bekerja sama dengan rekan kerja mayoritas laki-laki, merupakan tantangan tersendiri, tapi ternyata bisa lebih menyenangkan karena ketegasan dan keteruterangan kaum lelaki lebih membuatnya nyaman,” tutur Ai Yuningsih, salah satu dari 12 Perempuan Arung Samudera itu.
“Perbedaan gaya laki-laki dan perempuan justru akan dapat saling mengisi sehingga terjalin kerja sama yang lebih baik,” tambahnya.
Baca Juga: Curug Manteng, Satu Lagi Air Terjun Memesona yang Sarat Mitos dan Misteri di Cibingbin Kuningan
Ai Yuningsih mengaku sempat dipandang sebelah mata. Akan tetapi, perlahan semua itu mulai menghilang dan membuktikan bahwa perempuan tidak kalah dari laki-laki.
Kemudian, Imelda Rosalia Silalahi membeberkan, dirinya sebenarnya ingin menjadi seorang dosen pertanian. Akan tetapi, takdir harus menuntunnya untuk menjadi seorang geologis di BBSPGL.
“Takdir selalu merupakan misteri. Sejak awal, saya berniat hentak mendalami pertanian, tetapi nasib menentukan ia harus belajar geologi. Sekali lagi, saat melamar kerja hendak menjadi dosen, ia dituntun nasib untuk berlabuh di P3GL,” ungkap Imelda.
Baca Juga: Tak Jauh dari Taman Cisantana, Yuk Nikmati Keindahan dan Kejernihan Curug Sawer Kuningan
Artikel Terkait
Mengganti Pembangkit Ramah Lingkungan, Menteri ESDM : Pensiunkan PLTU Tidak Akan Rugikan Pemilik
Luncurkan Perdagangan Karbon Subsektor Pembangkit Listrik, Menteri ESDM Targetkan Pengurangan Emisi GRK
Menteri ESDM Ingatkan Badan Geologi Dorong Tingkatkan Pemanfaatan Energi Bersih
Truk Batubara Timbulkan Korban Jiwa, Begini Reaksi Kementerian ESDM
Kolaborasi ESDM-GEAPP Punya Tiga Misi Dorong Negara Berkembang Percepat Transisi Energi Berkeadilan, Apa Saja?