• Sabtu, 30 September 2023

Kolaborasi Pengelolaan Ekowisata Titik Nol Sungai Ciliwung, Pondasi Keberlanjutan Penghidupan Masyarakat

Endan Suhendra
- Rabu, 30 Agustus 2023 | 11:09 WIB
Papan nama Talaga Saat di titik nol Sungai Ciliwung Desa Wisata Tugu Utara (Dok Penulis)
Papan nama Talaga Saat di titik nol Sungai Ciliwung Desa Wisata Tugu Utara (Dok Penulis)

Oleh: Dian Charity Hidayat
Peneliti di Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional

Dian Charity Hidayat, Peneliti di Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional
Dian Charity Hidayat, Peneliti di Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (Dok. Penulis)


Pemandangan surga dunia. Begitulah ungkapan yang sering didengar dari wisatawan mancanegara setelah melihat keindahan Talaga Saat. Telaga yang merupakan titik nol Sungai Ciliwung ini dikelilingi perkebunan teh dan bukit hijau.

Keindahan alam Talaga Saat di titik nol Sungai Ciliwung tidak hanya menarik perhatian wisatawan domestik, namun juga wisatawan mancanegara yang sebagian besar dari Timur Tengah.

Sejak titik nol Sungai Ciliwung direhabilitasi pada tahun 2020, Aliansi Masyarakat Tugu Utara atau Amarta berkolaborasi dengan berbagai pihak mengelola desa wisata yang menjadikan Talaga Saat sebagai ikon utama.

Baca Juga: Agenda Liburan September, Ini 6 Objek Menarik dan Unik di Desa Wisata Cibuntu Kuningan

Selang 2 tahun kemudian, Telaga Saat berhasil dikategorikan sebagai desa wisata maju versi Anugrah Desa Wisata Indonesia (ADWI).

Prestasi atas perkembangan pengelolaan desa wisata tersebut menjadi alasan desa ini dijadikan salah satu lokasi penelitian oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat.

Tim BRIN yang dikoordinatori oleh Tri Astuti Wisudayati fokus pada topik desa wisata berbasis digitalisasi, sedangkan tim BP2D yang dikoordinatori oleh Muthya Diana fokus pada pengembangan desa wisata dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Kedua tim berkerjasama untuk memformulasikan model desa wisata.

Baca Juga: Jadwalkan Kunjungan di Bulan September, Ini 5 Kedai Kopi di Palutungan Kuningan yang Layak Disinggahi

Pada awalnya, keikutsertaan dalam mengelolaan desa wisata adalah mata pencaharian alternatif bagi warga. Namun seiringnya waktu ternyata dapat menjadi mata pencaharian yang dapat diandalkan.

Masa pandemi Covid tidak menyurutkan wisatawan berkunjung untuk sekedar menikmati pemandangan sambil meminum kopi Padjajaran khas Desa Tugu Utara. Wahana yang ditawarkan pun semakin bertambah, seperti jembatan gantung, perahu cano, glamping, hiking menuju curug, dan edukasi pembuatan teh.

Seiring perkembangan paket wisata yang ditawarkan, diversifikasi matapencaharian alternatif pun semakin meningkat diantaranya penjaga pos tiket, warung, operator wahana, pemandu wisata, fotografer, pegawai di unit manajemen, kebersihan dan teknologi informasi.

Baca Juga: Bandung Wajahmu Kini

Halaman:

Editor: Endan Suhendra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Bandung Wajahmu Kini

Rabu, 30 Agustus 2023 | 08:38 WIB

Drone Bantu Kelola Kawasan Hutan

Selasa, 23 Mei 2023 | 23:45 WIB

Masih Mau Bertahan dengan Merkuri?

Jumat, 23 Desember 2022 | 18:18 WIB

Hutan, Alam dan Generasi Milenial

Jumat, 23 Desember 2022 | 10:48 WIB

Sampah dan Estetika Kota Bandung Terkini

Sabtu, 10 Desember 2022 | 23:05 WIB

Potensi Pengembangan Bioenergi di Sumatera Selatan

Kamis, 17 November 2022 | 15:27 WIB

Mewujudkan Hutan Indonesia jadi Sumber Obat Dunia

Senin, 19 September 2022 | 11:03 WIB

KoFCo Nursery, Koleksi Dipterokarpa Terlengkap

Kamis, 15 September 2022 | 09:29 WIB

Pestisida Nabati Pengganti Pestisida Kimia

Rabu, 14 September 2022 | 11:04 WIB

Potensi Kayu Ules untuk Tingkatkan Imunitas Tubuh

Selasa, 13 September 2022 | 08:36 WIB

Konsep Baru untuk Teknologi Restorasi Mangrove

Senin, 12 September 2022 | 08:44 WIB

Tanam Pinang untuk Selamatkan Lahan Gambut

Jumat, 9 September 2022 | 08:29 WIB
X