KABAR ALAM - Konflik Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) dengan manusia terus berlangsung di habitatnya, Batang Toru, Kabupaten Tapanuli, Sumatera Utara (Sumut). Konflik tersebut semakin mengancam keberadaan orangutan spesies baru di Indonesia tersebut.
Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) dinyatakan sebagai spesies ketiga di Indonesia setelah Pongo pygmaeus (orangutan kalimantan) dan Pongo abelii (orangutan sumatera) pada tahun 2017 berdasarkan hasil penelitian ini dilaporkan dalam salah satu jurnal internasional terkemuka, Current Biology.
Berdasarkan hasil peneltian tersebut yang dikutip dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jenis orangutan baru itu diberi nama ilmiah Pongo tapanuliensis atau Orangutan Tapanuli.
Baca Juga: Buper Buyut Jaksa, Destinasi Wisata Alam di Kuningan yang Terus Dikembangkan Perhutani
Bukti pertama yang mengukuhkan orangutan tapanuli sebagai spesies baru terlihat dengan terpaparnya perbedaan genetik yang sangat besar di antara ketiga jenis orangutan (melebihi perbedaan genetik antara gorila dataran tinggi dan rendah maupun antara simpanse dan bonobo di Afrika).
Orangutan tapanuli diduga merupakan keturunan langsung dari nenek moyang orangutan yang bermigrasi dari dataran Asia pada masa Pleistosen, 3-4 juta tahun silam.
Perbedaan morfologi lain terlihat dari ukuran tengkorak dan tulang rahang lebih kecil dibandingkan dengan kedua spesies lainnya, serta rambut di seluruh tubuh orangutan tapanuli yang lebih tebal dan keriting.
Baca Juga: Usung Sustainable Finance, Bank BRI Sudah Salurkan KUR 2023, Cek Syarat dan Ketentuannya!
Pengukuran tengkorak dan tulang rahang dilakukan peneliti Anton Nurcahyo, M.Si. sebagai bagian dari studi doktoralnya yang sedang diselesaikan di Australian National University (ANU) bersama dengan pakar taksonomi primata Prof. Dr. Colin Groves.
Berdasarkan studi perilaku dan ekologi, orangutan tapanuli juga diketahui memiliki jenis panggilan jarak jauh/long call (cara jantan menyebarkan informasi) yang berbeda serta jenis pakan unik dari jenis buah-buahan yang hanya ditemukan di Ekosistem Batang Toru.
Peninjauan terakhir terhadap jumlah populasi orangutan tapanuli yang dilaporkan pada tahun 2016 hanya tersisa tidak lebih dari 800 individu hidup yang tersebar di tiga populasi terfragmentasi di Ekosistem Batang Toru.
Baca Juga: Begini Tuntutan Ridwan Kamil kepada Panitia dan Peserta Trail Adventure yang Bikin Ranca Upas Rusak
Ekosistem Batang Toru merupakan habitat terakhir bagi orangutan Tapanuli dengan jumlah individu terpadat.
Karena itu, sebagian kawasan ekosistem Batang Toru telah ditetapkan oleh Menteri LHK melalui Nomor : SK.637/MenLHK-Setjen/2015, tanggal 14 Desember 2015, menjadi KPH Lindung atau KPHL XXIV, KPHL XXV, dan KPHL XXVII, dipayungi oleh KPHL XI pada tahun 2015. Pengelolaan KPHL-KPHL tersebut perlu memprioritaskan upaya-upaya perlindungan bagi spesies orangutan jenis baru.***
Artikel Terkait
Top 5 Hits 8 Februari 2023, Orangutan Astuti Pulang Kampung ke Kalimantan Bikin Heboh
Bayi Orangutan Lahir di Taman Nasional Gunung Palung, Artis dan Aktivis Cantik Ini Usulkan Empat Nama
8 Bulan Jalani Perawatan, Rapala Sudah Bisa Bersosialisasi dengan Orangutan Seusianya
Kabar Baik dari Perjumpaan dengan Orangutan Susi dan Bayinya di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Setelah Lebih dari 7 Tahun Jalani Rehabilitasi, Orangutan 'Rocky' dan 'Dora' Dikembalikan ke Habitatnya