Menteri ESDM Sebut Transisi Energi Butuh Transformasi Infrastruktur

- Selasa, 19 September 2023 | 09:11 WIB
Mengganti Pembangkit Ramah Lingkungan, Menteri ESDM Pastikan Pensiunkan PLTU Tidak Akan Rugikan Pemilik Pembangkit (Dok. esdm.go.id)
Mengganti Pembangkit Ramah Lingkungan, Menteri ESDM Pastikan Pensiunkan PLTU Tidak Akan Rugikan Pemilik Pembangkit (Dok. esdm.go.id)

 

Menteri ESDM:  Capai Transisi Energi, Pemerintah Targetkan Tranfsormasi Infrastruktur Sektor Ketenagalistrikan

 

KABAR ALAM - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebutkan jika transisi energi membutuhkan transformasi yang signifikan pada infrastruktur sektor ketenagalistrikan. Terutama di negara-negara berkembang yang masih sangat bergantung pada energi fosil untuk pembangkit listrik.

Hal tersebut diungkapkan dalam rangka memberikan dukungan terhadap aksi kolaborasi dengan para pakar energi baik dari dalam maupun luar negeri guna menuju target nasional Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060. 

"Oleh karenanya perlu dilakukan peningkatan penggunaan energi terbarukan serta mengurangi penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara secara bertahap," ujar Arifin pada acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2023 di Jakarta, Senin 18 September 2023.

Baca Juga: Jadi Tujuan Wisata di Kabupaten Kuningan, Ini 5 Hotel Representatif di Sekitar Cigandamekar

Untuk mendukung transformasi infrastruktur ketengalistrikan tersebut Pemerintah akan membangun sekitar 700 Giga Watt (GW) pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT).

"Indonesia akan membangun sekitar 700 GW pembangkit listrik energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia yang diperkirakan mencapai 1.942 TWh pada tahun 2060," ungkap Arifin.

Menurut Arifin untuk mencapai target transisi energi, pemerintah akan melaksanakan upaya-upaya progresif melalui beberapa rencana strategi.

Strategi yang disebutkan Arifin diantaranya peningkatan secara masif untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di tahun 2030 dan dilanjut Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTB) di tahun 2037, maksimalisasi pengembangan panas bumi hingga 22 GW, komersialisasi nuklir tahun 2039 dan peningkatan hingga 31 GW di tahun 2060, serta pengembangan Pump Storage di tahun 2025 dan Battery Energy Storage System (BESS) di tahun 2034.

Baca Juga: Bukan Cuma di Bendungan Kuningan, Syahdunya Suasana Sore Bisa Dinikmati di Waduk Darma

Selanjutnya, dalam hal pengembangan transisi energi, pemerintah secara bertahap melakukan dekarbonisasi di sektor ketenagalistrikan antara lain dengan pengembangan pembangkit listrik energi terbarukan sebesar 20,9 GW hingga tahun 2030 dan penghentian dini PLTU.

Selain itu, adapula konversi pembangkit listrik tenaga diesel ke gas di 47 lokasi dengan kapasitas total 3.217 MW. Kemudian program pembakaran biomassa yang dilaksanakan di 113 PLTU eksisting dengan total kapasitas 19 GW, hingga penyediaan dana untuk pengeboran di 20 wilayah kerja panas bumi dengan potensi 683 MW guna mengurangi risiko tinggi di sektor panas bumi.

Halaman:

Editor: Mia Nurmiarani

Tags

Artikel Terkait

Terkini

BRI Optimis Bisa Memacu Kinerja di Sisa Tahun Ini

Senin, 25 September 2023 | 14:06 WIB
X